Minggu, 13 Februari 2011

Film Adalah Karakter Bangsa

Banyak orang dari berbagai negara selalu berusaha menciptakan film yang terbaik bagi negaranya. Berbagai negara bersaing memproduksi hiburan yang spektakuler, walhasil mereka bisa mencipta tontonan yang unggul dan tentunya hal itu mencirikan karakter bangsa tersebut.
Guru saya,Bpk. Ahmad Farhani, berkata bahwa film merupakan karakteristik suatu bangsa. Contohnya Hongkong yang merupakan negara Kungfu mencptakan film-film kungfu terbaik dengan aktor terbaik pula, seperti Bruce Lee, Jacky Chan, Andy Law dan lainnya. India, dengan goyangannya yang indah dan lincah mencipta film yang endemik dengan tari-tarian. Contoh lain adalah Amerika yang kita tahu sendiri mereka selalu menyajikan tontonan bergaya futuristik dilengkapi peralatan teknologi canggih, sehinggga dapat merekayasa sebuah film sebegitu hebatnya. Dan tentu saja, hal itu merupakan karakter bangsa adikuasa yang hingga saat ini masih berusaha meramal apa yang terjadi di masa depan. Dengan teknologi canggihnya, mereka juga mencari ‘tempat’ lain yang bisa ditinggali manusia. Buktinya adalah organisasi besar NASA yang khusus meneliti Antariksa. Salah satu akibat negara-negara tersebut bisa dikenal dan disegani didunia adalah berkat film mereka. Dan negara lain mengakui bahwa hal itu merupakan ciri negara tersebut, hingga negara terhormat manapun tak ada yang berani menjiplak genre filmnya.
Namun jika ditinjau ke dunia perfilman Indonesia saat ini, justru gaya perfilmannya tak karuan entah kemana. Di satu sisi sebuah stasiun menampilkan sinetron dengan cerita cinta yang intinya itu-itu saja dengan wanita yang mayoritas tidak sopan dan gaya hidup mereka yang wah dan terkesan manja, malas dan hanya mengejar kesenangan semata. Film-film tersebut menyajikan tawuran, geng-gengan, dan permusuhan. Itulah yang kebanyakan masyarakat tonton saat ini, dan secara tidak langsung telah menanamkan mental ‘tempe’ pada bangsa Indonesia. Bahayanya, film-film tersebut banyak ditonton oleh generasi muda yang merupakan pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa. Jika tontonannya seperti itu dan kita pun terus-terusan menonton, mau jadi apa bangsa ini?
Disisi lain, suatu stasiun menyajikan film dengan imajinasi tinggi, namun peralatan yang sangat jauh tertinggal dibanding daya khayalnya. Seperti seorang anak kecil melawan ular raksasa dengan rekayasa kamera yang kelihatan bohongnya. Jika suatu hari seorang turis dari negara lain melihat hal ini, semakin terbukalah ketertinggalan bangsa ini.
Rekanku sekalian, kita semua tahu bahwa bangsa ini kaya akan budaya dan warisan leluhur. Namun, mengapa yang ditampilkan industri perfilman hanya film sinetron saja yang gaya hidupnya kebaratan? Dalam hal ini, siapa yang harus disalahkan? Sutradarakah, penuliskah, artiskah, atau semua masyarakat indonesia ikut andil dalam minusnya perfilman Indonesia?
Saya sering membayangkan, alangkah hebatnya jika ada sebuah film yang mengisahkan sejarah besar bangsa Indonesia yang begitu luhur. Disamping film tersebut sebagai sarana pengenalan terhadap generasi muda akan luhurnya kebudayaan bangsa, juga merupakan sarana pendidikan yang berkualitas, karena umat zaman dulu merupakan umat yang gigih dan cerdas. Kisah kerajaan-kerajaan Indonesia yang megah dan hebat dengan para pemimpin yang bijak akan memberi gambaran pada umat masa kini, bahwa nenek moyang dahulu adalah orang-orang besar. Otomatis, bangsa ini dapat berkaca pada masa lalu sebagai acuan di masa depan. Atau jika Indonesia memproduksi film yang mengambil tema tentang kebudayaannya, mungkin film tersebut akan mengingatkan kita tentang indahnya negeri gemah ripah lohjinawi ini. Bisa dipetik hikmah dari film tersebut agar selalu menjaga nilai-nilai luhur budaya bangsa. Mungkin, bila bangsa lain melihat film yang menampilkan ke-khas-an Indonesia, mereka akan terkagum-kagum dan mengklaim bahwa Indonsesia memang negara yang berkarakter. Tinggal ketekunan, kerja keras dan kesabaran, Insya Allah Indonesia akan menghasilkan film-film besar yang dikenang sepanjang masa seperti Titanic, romeo and Juliet dan lainnya.

JSC MAN DARUSSALAM

Senin, 13 Desember 2010

SEmesS KilAt

Skula di MAN Darussalam asik..
anaknya gokil2 ajib
banyak kegyatan, ampe badan peggel2
kalau uaah gak ada kegyatan kayak mati suri..
fyuh capek juga kpan2 lanjoot

Beta Dan Ranah damai TeRcinTa

Pertama menginjakkan langkah beta di Darussalam, melepas pandang pada nyiur hijau yang mencuri perhatian. mata yang letih seketika segar melihat lukisan hijau pondok melambai. perasaan jatuh cinta pada tempat ini muncul seketika. tak ragu lagi, batin beta memilih Darussalam sebagai tempat menitih asa melayang cita. betapa kagum hati beta melihat alam ramah nan damai.

beberapa hari setelah 'terpilih' menjai bagian dari denyut Darussalam, beta mengetahui bahwa pesantren ini beraliran moderat. beta yang tak tahu apa-apa tntang moderasi dengan peendek akal merajuk ingin pindah karena terhasut cerita2 miring tentang Darussalam. beta kira aliran moderasi itu aliran yang membingungkan. takut dan ragu pun menjamah akal sehat. tapi bapak kukuh agar beta tetap di Darussalam. kamudian beta cari apa arti moderat... dengnan bertanya dan diskusi bersama orang yang sudah membuka pikirannya.

Hingga akhirnya beta sadar bahwa aliran yang di pakai darussalam sungguh luar biasa. moderasi adalah pengamalan dari hadis(mengambil jalan tengah) moderasi bukannya diam tanpa pilihan, melainkan melakukan pertimbangan dan analisis lebih mendalam tentang Quran Karim dan As sunnah. merdekalah pikiran beta dari belenggu kebodohan yang semula sangat melanda. memang saat ini juga masih banyak kebodohan beta. tapi di Darussalam, beta belajar tentang setiap pandangan, perbedaan pendapat, menghargai pendapat, dan merangkul orang yang berselisih pendapat.

SALAH besar orang mengira Darussalam tak punya pendirian!! justru merekalah yang dengan bangganya sok tahu tentang ilmu agama padahal ilmu itu belum jelas keaslian dan kemurniannya, karena mayoritas agamawan di Indonesia hanya mendengar turun-temurun dan terikat oleh tradisi turun temurun yang belum tentu benar adanya,

Oh Darussalamku...
ikatan erat solidaritasmu memberi beta ruang bernafas
Tandang Grayang bapak pengasuh yang penuh kamulyan
titiskan ilmu yang begitu dalam
Pacak baris jamaah magrib yang kokoh
siap mmenerjang lawan2 islam

Darussalamku Ranah kami tercinta..
tempat damai semata